Marxisme dalam Ekonomi Politik Global
Marxisme merupakan pandangan yang
menitikberatkan pada perbedaan kelas (capital dan labor), dimana berkaca pada
bidang ekonomi dan politik yang merupakan bentuk dari pertentangan kelas (jika
ada pergeseran ekonomi, maka juga merombak pada politik, social, dan
lain-lain). Marxisme membahas mengenai kapitalisme (kepemilikan modal) dan
menggambarkan tentang perjuangan kaum buruh dalam ekonomi.
Perbandingan
unit analisis
Realisme :
Negara
Liberalisme
: Negara dan individu
Markisme :
Kelas-kelas sosial (borjuis dan proletar)
Markisme menyerang pemikiran kapitalisme > liberal > penumpukan
jumlah pekerja dianggap sebagai komditas bagi orang-orang pemilik modal.
Bapak Marxisme: Karl Marx.
Vladimir Lenin : Tokoh revolusioner Rusia, Ia mencoba menerapkan
pemikiran Marx (sosialis komunis) di
Rusia, dimana ekonominya dikendalikan negara untuk kepentingan bersama. Alasan
kenapa liberalisme tetap eksis:
-
Masih
dipraktekkan kaum borjuis (menuhankan kapitalisme)
-
Masih
terjadi kolonialisasi. Contoh: Belanda di Indonesia.
Namun
marxisme justru booming setelah Karl Marx meninggal dunia.
NEO-MARXISME
Muncul saat marxisme tak mampu menjawab pertanyaan ekonomi yang seperti
apa yang seharunsya diterapkan dan apa solusi yang ditawarkan? Pada paham
marxis, keadaan ekonomi dianggap telah dianalisis secara luas. Namun tidak
terdapat solusi yang diberikan akan
bagaimana untuk keluar dari sistem kapitalis. Neo-marxisme membahas bagaimana
dan apa saja hal yang menyebabkan adanya kelas.
Pada saat ini terjadi revolusi industri > buruh dieksploitasi >
marxisme muncul dan memusatkan perhatian > pemikiran marxisme dicoba >
gagal (tidak sesuai kenyataan), dimana negara memanfaatkan power untuk memaksa
masyarakat. Ekonomi > Fluktuatif. Marxisme tak mampu menjelaskan bagaimana
seharusnya ekonomi berjalan. Marxisme memiliki analisa yang lebih umum dari
yang lain. Level analisis marxisme > sistem internasional.
Marxisme:
Pandai menganalisa namun tak mampu memberi obat, level analisis: kelas
Neo-marxisme:
Mencoba mengamati dan mengobati penyakit marxisme, level analisis: sistem
Solusi dari Neo-Marxisme
1)
Dependency
Theory : Ketergantungan dengan negara lain. Pemikirnya Andre Gunter Frank. Frank
mengklasifikasikan negara menjadi south–north country dan adanya ketergantungan
antara keduanya. South country adalah negara-negara di selatan dunia yang
mempunyai standar ekonomi menengah ke bawah (negara berkembang) sementara North
country adalah negara-negara industrial pemegang ekonomi dunia (negara maju).
Frank juga mengemukakan cara yang dapat dilakukan untuk menghindari atau
meminimalisir eksploitasi perbedaan kelas dengan cara: south country tidak ikut
dalam sistem ekonomi north country dan south country beraliansi dengan sesame
negara south untuk membangun perekonomiannya.
2)
World
System Theory : Pemikirnya Wallestan, dimana pada teori ini negara dibagi dalam
3 kategori: (a) core: tukang eksploiter, kaya, maju, erat kaitannyaa dengan
industri; (b) semi peri-peri: mengengksploitasi dan dieksploitasi; (c)
peri-peri: yangg dieksploitasi oleh core dan semi peri-peri.
Immanuel
Wallestein (World System Theory)
Andre
Gramsci : Teori Gramscianism, dimana Hegemoni adalah hal yang mempengaruhi
adanya kelas. Hegemoni adalah nilai-nilai suatu kelompok yang diuniversalkan.
Kelompok hegemoni memaksakan nilai pada kelompok kecil melalui dua cara: (a)
Hard, berupa peprerangan dan imperialis; dan (b) Soft, melalui civil society,
media, dan institusi. Menurut Gramsci, cara untuk menyeimbangkan hegemoni
adalah dengan counter hegemoni, yaitu melawan nilai universal yang ada secara koersif (dengan pemaksaan, seperti
revolusi) dan cara soft dengan mempengaruhi civil society.
Robet Cox:
menganggap teori marxisme tidak aplikatif, karena manusia butuh colt and
benefits. Cox melihat hegemoni pada sistem internasional dengan mengadopsi
pemikiran Gramsci. Terdapat 2 jenis kelas berdasarkan hegemoninya, yaitu negara
yang memerintah dan negara yang diperintah.
No comments:
Post a Comment