Tuesday, December 25, 2018

Ekonomi Politik Global: Marxisme



Marxisme dalam Ekonomi Politik Global



      Marxisme merupakan pandangan yang menitikberatkan pada perbedaan kelas (capital dan labor), dimana berkaca pada bidang ekonomi dan politik yang merupakan bentuk dari pertentangan kelas (jika ada pergeseran ekonomi, maka juga merombak pada politik, social, dan lain-lain). Marxisme membahas mengenai kapitalisme (kepemilikan modal) dan menggambarkan tentang perjuangan kaum buruh dalam ekonomi.

Perbandingan unit analisis
Realisme : Negara
Liberalisme : Negara dan individu
Markisme : Kelas-kelas sosial (borjuis dan proletar)

Markisme menyerang pemikiran kapitalisme > liberal > penumpukan jumlah pekerja dianggap sebagai komditas bagi orang-orang pemilik modal. Bapak  Marxisme: Karl Marx.
Vladimir Lenin : Tokoh revolusioner Rusia, Ia mencoba menerapkan pemikiran  Marx (sosialis komunis) di Rusia, dimana ekonominya dikendalikan negara untuk kepentingan bersama. Alasan kenapa liberalisme tetap eksis:
-          Masih dipraktekkan kaum borjuis (menuhankan kapitalisme)
-          Masih terjadi kolonialisasi. Contoh: Belanda di Indonesia.
Namun marxisme justru booming setelah Karl Marx meninggal dunia.


     NEO-MARXISME

Muncul saat marxisme tak mampu menjawab pertanyaan ekonomi yang seperti apa yang seharunsya diterapkan dan apa solusi yang ditawarkan? Pada paham marxis, keadaan ekonomi dianggap telah dianalisis secara luas. Namun tidak terdapat  solusi yang diberikan akan bagaimana untuk keluar dari sistem kapitalis. Neo-marxisme membahas bagaimana dan apa saja hal yang menyebabkan adanya kelas.
Pada saat ini terjadi revolusi industri > buruh dieksploitasi > marxisme muncul dan memusatkan perhatian > pemikiran marxisme dicoba > gagal (tidak sesuai kenyataan), dimana negara memanfaatkan power untuk memaksa masyarakat. Ekonomi > Fluktuatif. Marxisme tak mampu menjelaskan bagaimana seharusnya ekonomi berjalan. Marxisme memiliki analisa yang lebih umum dari yang lain. Level analisis marxisme > sistem internasional.

Marxisme: Pandai menganalisa namun tak mampu memberi obat, level analisis: kelas
Neo-marxisme: Mencoba mengamati dan mengobati penyakit marxisme, level analisis: sistem

Solusi dari Neo-Marxisme
1)      Dependency Theory : Ketergantungan dengan negara lain. Pemikirnya Andre Gunter Frank. Frank mengklasifikasikan negara menjadi south–north country dan adanya ketergantungan antara keduanya. South country adalah negara-negara di selatan dunia yang mempunyai standar ekonomi menengah ke bawah (negara berkembang) sementara North country adalah negara-negara industrial pemegang ekonomi dunia (negara maju). Frank juga mengemukakan cara yang dapat dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir eksploitasi perbedaan kelas dengan cara: south country tidak ikut dalam sistem ekonomi north country dan south country beraliansi dengan sesame negara south untuk membangun perekonomiannya.
2)      World System Theory : Pemikirnya Wallestan, dimana pada teori ini negara dibagi dalam 3 kategori: (a) core: tukang eksploiter, kaya, maju, erat kaitannyaa dengan industri; (b) semi peri-peri: mengengksploitasi dan dieksploitasi; (c) peri-peri: yangg dieksploitasi oleh core dan semi peri-peri.

Immanuel Wallestein (World System Theory)
 

Andre Gramsci : Teori Gramscianism, dimana Hegemoni adalah hal yang mempengaruhi adanya kelas. Hegemoni adalah nilai-nilai suatu kelompok yang diuniversalkan. Kelompok hegemoni memaksakan nilai pada kelompok kecil melalui dua cara: (a) Hard, berupa peprerangan dan imperialis; dan (b) Soft, melalui civil society, media, dan institusi. Menurut Gramsci, cara untuk menyeimbangkan hegemoni adalah dengan counter hegemoni, yaitu melawan nilai universal yang ada  secara koersif (dengan pemaksaan, seperti revolusi) dan cara soft dengan mempengaruhi civil society.

Robet Cox: menganggap teori marxisme tidak aplikatif, karena manusia butuh colt and benefits. Cox melihat hegemoni pada sistem internasional dengan mengadopsi pemikiran Gramsci. Terdapat 2 jenis kelas berdasarkan hegemoninya, yaitu negara yang memerintah dan negara yang diperintah.

No comments:

Post a Comment